Lewoleba – Penjabat Bupati Lembata Drs. Matheos Tan, M.M, mengajak masyarakat lebih kreatif dan inovatif dalam mengolah makanan berbasis bahan pangan lokal, apalagi Kabupaten Lembata sangat kaya bahan pangan lokal baik jagung, ubi dan pisang yang bergizi dan menyehatkan. Hal itu disampaikan Penjabat Bupati Matheos Tan, saat membuka kegiatan Festival Pangan Lokal Masyarakat Adat di Taman Kota Swaolsa Titen, pada Selasa (29/8/23).
Sambung Penjabat Bupati Lembata Matheos bahwa Kabupaten Lembata mempunyai banyak sekali sumber pangan selain padi, yang terdiri dari jagung, singkong, ubian dan kacang-kacangan. Di daerah lain pangan lokal seperti jagung dimasak sedemikian rupa dengan teknis dan kemasan yang menarik sehingga nilai jual ekonomisnya semakin tinggi.
“Tugas kita bersama untuk mencari ide serta menciptakan inovasi untuk mengolah bahan pangan lokal lebih bernilai jual tinggi. Di tempat saya itu ada namanya JASUKE Jagung Susu Keju, itu laris sekali”, tutur Penjabat Bupati Matheos.
Terkait hal itu, Pj. Bupati Matheos meminta anak muda untuk tidak segan membeli dan mengonsumsi olahan dari bahan pangan lokal. Karena memiliki kandungan gizi yang tinggi dibandingkan dengan makanan instan lainnya. “Sebagai generasi muda mari bersama Pemkab Lembata serta pemerintah pusat menciptakan keanekaragaman pangan yang beragam, bergizi, sehat dan aman”, ajaknya.
Tak hanya itu, Pj. Bupati Matheos juga meminta agar memberikan anak-anak yang pada usia 1000 hari pertama, dan ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan lokal kaya akan gizi. Banyak sekali kandungan protein yang terkandung di dalam makan lokal, yang membuat anak-anak kita juga terhindari dari stunting.
Selain itu lanjut Pj. Bupati Matheos, juga berjanji akan mengeluarkan peraturan bupati terkait pelestarian pangan lokal yang dimiliki oleh kabupaten Lembata. Sehingga dapat mendongkrak ekonomi masyarakat Lembata sendiri. “Kita akan buat perbup pangan lokal, supaya kue-kue yang disajikan itu jangan lagi pakai kue yang dibuat dengan terigu impor, kalau disajikan kue ya kita sajikan pangan-pangan lokal saja,” ujar Matheos.
Kegiatan tersebut dihadiri juga Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek RI, Sjamsul Hadi, para Pimpinan OPD dan 21 pandu budaya yang merupakan anak-anak muda dari 12 komunitas adat di Lembata, Nusa Tenggara Timur, untuk memperkuat dan mengembangkan objek pemajuan kebudayaan serta para peserta festival pangan loka.
Untuk diketahui bersama kegiatan yang berlangsung selama tiga hari itu, bertajuk ‘Makan Apa yang Kita Tanam dan Tanam Apa yang Kita Makan’, menunjukkan sebuah semangat kedaulatan pangan masyarakat Lembata. (Tim Kominfo Lembata)