Ritual Bineng Ma’ing Kepercayaan Orang Kedang

0
1388

Eksplorasi Budaya Lembata kali ini berpusat di Kedang Buyasuri tepatnya di Desa Kalikur. Selasa (16/02/2022) di Kalikur digelar ritual adat Bineng Maing.

Damra Datoq, Pemuka Adat Desa Kalikur berbicara diawal sebelum ritual. Ia menjelaskan,  ritual Bineng Maing bertujuan memperkenalkan norma-norma adat berlaku di masyarakat Kedang kepada warga dunia serta sebagai materi pendidikan bagi generasi muda.

Lebih Lanjut Damra Datoq menjelaskan, Dari peristiwa Perkawinan, Khitan dan Kematian, relasi Bineng Maing – Ine Ame begitu penting dalam tradisi Kedang. Hal ini dilestarikan turun temurun untuk mengetahui asal usul dari Ibu/bapak sehingga kehormatan silsilah kedua keluarga terap tetap terjaga.

Para Tetua/pemimpin -pemimpin dari 6 Suku dalam wilayah Desa Kalikur menempati Bale-bale  (Tebe Lipu Mutung Bara Mapaq) yaitu Suku Leutuan/Sarabiti, Leuwerun/Paokuma, Hunaero/Wuekero, Dapubeang/Lamawulo, Marisa/Lelaweran, Leuto’ang/Lamatokan kemudian mensimulasi peran Bineng Ma’ing dalam berbagai proses adat menjelang pernikahan (Ebe Nikah Are Kawing), khitan, dan Kematian.

Tahapan-tahapan dalam perkawinan tergambarkan dengan jelas dalam simulasi ini. Dimulai dari Tada Mato Lalang Wau (Perkenalan/pertunangan awal antara kedua keluarga besar). Pada proses ini,  Pihak Ma’ing mendatangi  menemui keluarga perempuan (Ine Ame) dengan maksud mempersunting anak perempuannya. Tahapan selanjutnya adalah Dahang Rehing/Ea’ Niho Mato Loyo atau peminangan dengan pembahasan mengenani Mahar,  proses Uma Rotang (penghantaran Kambing dan Gading/Dera Witing Bare Bala, Tikar dan Banta/Napa Luni, Siri Pinang/Wue Mal), akad Nikah/pemberkatan Nikah, hingga sampai proses pengantaran mempelai perempuan oleh keluarganya disertai dengan barang-barang balasan dari Mahar yang telah diserahkan.

Sementara itu, ritua Bineng Ma’ing dan Ine Ame juga ditunjukkan dalam tradisi Sunaq Selang/Engar Laeng (Khitan). Diawali dengan penyampaian oleh Anaq Ma’ing kepada Ine Ame (keluarga Ibu dari anak yang dikhitan).

Penggambaran relasi ini dalam ritus tahapan menuju khitan selanjutnya adalah penghantaran Ila Napa dari Ine Ame berupa lipa (Sarung), labur (baju), dan songko (kopiah) serta sendal yang akan dipakainya ketika proses khitan berlangsung.

Sedangkan pada tradisi Todi Bita Heng Mate, Peq Ling Enga Oroq (Kematian), diawali dengan penyampaian dari pihak Ma’ing/yang berduka kepada Ine Ame. Kemudian berbicara atau menelusuri mengenai Oteq Nolo Witing Lateng Nareng Laong Mato Ulu atau kewajiban-kewajiban adat dari Sang Ibu Almarhum. Akan terjadi diskusi jika selama hidup belum atau sudahnya akan disepakati sehingga Mayat dapat dikubur (Boni Taneng).

Dalam tradisi penguburan ini, kalahar (kain kafan) yang akan digunakan harus berasal dan dihantar oleh pihak Ine Ame. Demikian juga dengan Mesang/Nisan.

Ritual Bineng Ma’ing itu sendiri memiliki arti ; Dalam adat istiadat yang dilakukan tedapat nilai-nilai luhur tentang kemanusiaan, tata krama dalam hubungan kekerabatan, saling menjaga kehormatan, kekuatan kebersamaan, dan semangat rela berkorban. (Dinas Kominfo Lembata).