Lewoleba-Sebanyak 700 unit rumah akan dibangun di lahan seluas 40 hektar dengan pemetaaan sebanyak 5 titik lokasi berdasarkan site plan-nya. Ini merupakan klaster pertama yang kita bangun, untuk para korban bencana dan warga yang terdampak bencana. Model pembangunan inipun akan menjadi contoh untuk pembangun di lokasi yang lainnya. Demikian penyampaian Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur, ST.,M.T, saat acara serimonial peletakan Namang (pusat kampung) di lokasi yang akan dibangun pemukiman untuk korban bencana banjir bandang, di Waisesa, Desa Waowala, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kamis, (22/4/21).
Sambung Sunur, menjadi pioner pertama adalah suku Lamataro, dan diikuti oleh suku-suku lainnya dengan sukarela dan ikhlas menyerahkan lahannya kepada masyarakat yang terkena musibah bencana alam banjir bandang dan tanah longsor di kedua Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur
“Atas nama pemerintah dan seluruh masyarakat Lembata saya ucapakan terimakasih kepada Bapak Pitang Lamataro, dan semua keluarga besar Lamataro, yang memberikan lahan untuk sanak saudaranya di wilayah Ile Lewotolok ini. Juga saya sampaikan terima kasih kepada suku-suku yang juga memberikan lahan guna pembangunan rumah untuk saudara kita yang tertimpa musibah banjir bandang dan tanah longsor”, ujar Sunur.
Tambahnya, pemerintah juga terus berupaya agar dapat memiliki lahan mencapai 60-100 hektar. Hal ini dilakukan, agar pemerintah dapat membangun seluruh fasilitas-fasilitas umum lainnya, seperti sekolah dan tempat ibadah di lokasi tersebut.
“Kita tetap berupaya agar mendapat lahan seluas 60-100 hektar supaya dapat membangun fasilitas umum lainnya, seperti tempat ibadah dan sekolah. Untuk sekolah akan dibangun mulai dari PAUD, SD dan SMP, sementara untuk, SMA-nya sudah ada di desa terdekat. Sedangkan untuk PAUD pemerintah akan membicarakannya dengan pemerintah desa, karena anggarannya tidak terlalu besar, tutur Sunur.
Lanjutnya, hingga saat ini penyiapan lahan untuk pembangunan 700 unit rumah tidak mengalami kendala. Oleh karena itu, pemerintah mulai mengatur zonasi desa, agar secepatnya dilakukan relokasi desa di lokasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Dikatakan Bupati Sunur pula, bahwa pada Senin, 26 April 2021, material pembangunan rumah instan sederhana sehat (Risha) sudah berada di lokasi. Untuk itu, jika fondasi dasar mulai dikerjakan maka,10 hari ke depan progres pembangunan fisik rumah akan mulai terlihat.
Lebih jauh Sunur mengatakan bahwa untuk lahan pertanian milik masyarakat yang menjadi dampak bencana telah di data oleh Dinas Pertanian. Oleh karena itu, saat ini pihaknya mengutamakan pembukaan akses jalan, sehingga masyarakat dapat mengambil sisa hasil pertanian dari desa yang tidak terdampak bencana. Sementara untuk di kecamatan yang lainnya, beliau meminta agar bersabar. Dikarenakan saat ini pihaknya masih berfokus pada kedua kecamatan di Lereng Ile Lewotolok ini.
Untuk diketahui bersama, pemerintah akan melakukan relokasi beberapa desa seperti di kecamatan Ile Ape yakni, Desa Waowala, Desa Tanjung Batu, Desa Amakaka, Desa Bunga Muda, Desa Napasabok dan Desa Lamawara. Sedangkan di wilayah Kecamatan Ile Ape Timur, hanya 5 Desa, yakni, Desa Lamagute, Desa Waimatan, Desa Aulesa, Desa Lamawolo dan Desa Jontona. (Tim Kominfo Lembata)