Lewoleba, Dalam sisa masa kepemimpinan ini, perlu dibangun kebersamaan sebagaimana spirit Lembata Taan Tou. “Taan Tou (Bersatu), melakukan kerjasama dalam membangun daerah ini, yang menghasilkan sebuah cerita akan diri kita dalam pembangunan Lewotana Lembata. Demikian penyampaian Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur, ST.,M.T, saat Hari Ulang Tahun Otonomi Daerah Kabupaten Lembata yang ke 21 Tahun di Desa Dikesare, Kabupaten Lembata, Senin, (12/10/2020).
Dalam Sambutannya Bupati Sunur mengatakan, kita baru move on Tahun 1999, saat itu kita mencari bentuk, bagaimana harmonisasi secara vertikal, bagaimana harmonisasi secara horizontal. Seluruh rangkaian kegiatan pembangunan itu sudah tidak boleh lagi diganggu oleh apapun. Kecuali tidak sesuai norma, tidak sesuai regulasi yang sudah diatur.
Lanjut Sunur, berbagai proses politik yang melatari berdirinya Kabupaten Lembata sejak statement 7 Maret 1954 hingga resmi menjadi daerah Otonomi pada 12 Oktober 1999, menjadi roh yang menggerakan siapapun pemimpin daerah itu. Kerja politik yang dilakukan Petrus Boliona Keraf, Penjabat Bupati Lembata Perdana selama 1 tahun, kemudian dilanjutkan Bupati Andreas Duli Manuk dua periode dan Bupati Yance Sunur 2 periode, telah memberikan Peta Jalan atau road map yang baik serta diyakini mampu membawa Lembata untuk berkembang lebih pesat 24 tahun mendatang.
“Nah dari pernyataan politik tadi kita mulai bekerja secara politik. Bapak Petrus Boliona Keraf, menjadi Penjabat Bupati Lembata 1 tahun, kemudian Bapak Andreas Duli Manuk dua periode dan saya dan pak wakil Thomas Langoday 2 periode. Kita mulai cari bentuk yang cocok, bagaimana mengisi dengan kegiatan politik. Kita sudah meletakan road map yang baik, dan semua sudah berjalan dengan baik, tinggal diisi saja”, ujar Sunur.
“Ini sudah 21 tahun, ditambah lagi 24 tahun ke depan, loncatan Lembata sangat luar biasa. Dari 45 kita bagi dua saja, kita baru berjalan 50 persen dalam mengisi otonomi, kalau kita hitung dari Tahun 1954, ucap Sunur.
Lanjut Sunur, para pencetus statement 7 Maret 1954 secara politik sudah membaca, bahwa Lembata ini untuk bisa bergerak cepat harus bisa mengurus diri sendiri, dengan mendeklarasikan diri dan deklarasi secara politik. Sejak Tahun 1954, atau 45 tahun kemudian tepatnya pada 12 oktober 1999, kita akhirnya menjadi daerah otonom, ini berkat Pernyataan politik dilakukan 45 tahun sebelumnya,” ujar Bupati Sunur.
“Kita melihat rekam jejaknya dari 1954 hingga 1999 seluruh fasiliats pemerintah itu, tidak dibangun di Kabupaten Lembata atau Lomblen dulunya. Tetapi dibangun semuanya di kabupaten induk Kabupaten Floes Timur”, tutur Sunur.
“Saya berharap kita mulai Fokus buat satu dua hal yang menjadi ciri khas kita secara bersama-sama. Saat ini sudah ada 7 desa luar biasa sekarang. Inovasi itu sudah ada tinggal saja kita bantu dan kita poles,” ujar Bupati dua periode itu.
Ditambahkkan, Desa Hadakewa pioner sebagai desa tematik diwujudnyatakan jadi desa cepat tumbuh. Mulai diikuti lagi Desa Dikesare, Kepala Desanya kita ajak untuk melihat contoh pengembangan wisata desa. Kita mendorong tidak hanya di bagian Timur Lembata ini tapi kita mendorong juga ke wilayah Barat. Terget kita adalah jalan menuju Lamalera dan itu sudah kita dapatkan. Jadi 18 Km jalan dari Mingar menuju Lamalera sudah dialihkan ke provinsi sekalipun itu masih status jalan kabupaten,” Jelas Ketua Golkar Lembata itu.
Diujung sambutannyan Bupati Sunur menyampaikan akan menyelesaikan pembangunan infrastruktur dengan dana pinjaman daerah senilai 400 miliar rupiah yang kini sedang diajukan. Jika dikabulkan, maka seluruh infrastruktur yang tadi saya gambarkan, itu semuanya selesai kita kerjakan. Pemimpin yang akan datang melanjutkan, tugasnya memelihara,” ujar Bupati Sunur.
“400 Miliar rupiah, akan difokuskan untuk pembangunan infrastruktur yang membelah jalur tengah. Mulai dari Desa Dikesare menuju Wade melewati beberapa Desa. Terus segmen jalan dari Waikomo-Uruor sampai ke Wulandoni, Waikomo-Puor tembus ke Wulandoni. Ruas jalan Atadei memutar ke arah Wulandoni dan Desa Dulir dan akan menjadi fokus kita membangun infrastruktur,” jelas Politisi Golkar itu.
Sementara itu Ketua DPRD Kabupaten Lembata Petrus Gero, S.Sos mengatakan, membangun Lembata dengan pariwisata sebagai leading sektor harus dimulai dari hati, hati pemerintah dan semua masyarakat Lembata. Ia mengatakan banyak kepala desa telah menangkap pesan positif dengan terlihat adanya geliat membangun destinasi wisata dan kuliner di desa-desa yang ada di Kabupaten Lembata.
Diakhir sambutannya Gero menegaskan dalam rentang waktu 21 tahun otonom kabupaten Lembata telah banyak hal lain yang telah mengalami kemajuan ketika dilihat secara utuh dan kompherensif bahwa begitu banyak hal yang telah mengalami perubahan dalam proses pembangunan dan melihat hasil-hasil pembangunan itu benar adanya, nyata di hadapan kita, tutup Gero.
Hadir dalam kegiatan itu Wakil Bupati Lembata Dr. Thomas Ola, SE., M.Si, Unsur Forkopimda, para Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), para Camat se-Kabupaten Lembata dan para kepala desa se-Kecamatan Lebatukan, serta perutusan pegawai setiap OPD Lingkup Pemkab. Lembata.
Pantauan Tim Redaksi Kominfo disampaikan bahwa HUT otonomi Kabupaten Lembata yang ke 21 dilakukan dengan sangat sederhana dikarenakan dalam masa pandemi sehingga tidak semua pihak dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Kegiatan diawali dengan pembacaan naskah memorandum 7 Maret 1954 oleh para Camat se-Kabupaten Lembata, aksi bersih bersih pantai, penaburan bunga di laut dan dilanjutkan dengan mengunjungi mantan Bupati Lembata, Bapak Andreas Duli Manuk yang dikabarkan sedang sakit di kediamannya. (Tim Kominfo Lembata)