MEMANTIK HARGA KEMANUSIAN PARA PEDAGANG
Lapak Siap Air Cuci Tangan di Pasar Pada
Lewoleba, bahaya virus corona dapat mengancam para penjual maupun pembeli di Pasar Pada, harga sembako stabil tetapi harga kemanusia belum tampak, demikian hasil pemantauan Tim Kominfo ketika memantau perkembangan harga 9 (sembilan) bahan pokok di Pasar Pada yang terletak di sebelah barat Kelurahan Lewoleba Barat Kecamatan Nubatukan Kamis (02/04/2020).
Pasar Pada adalah salah satu pasar harian Kota Lewoleba yang menyediakan 9 (esembilan) bahan pokok untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat kota Lewoleba. Menurut Kepala Bidang Perdagangan pada Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lembata Mikhael Boli, S.E. Ketika dikonfirmasi Tim Kominfo mengatakan bahwa jumlah pedagang yang terikat kontrak untuk membuka kios petak sebanyak 205, sedangkan hanya membuka lapak/ bale-bale pada pelataran Pasar Pada sekitar 200 pedagang per hari. Hanya menurutnya adanya isu virus corona menyebabkan ada pedagang yang tidak melakukan aktivitas berdagang, sehingga Pasar Pada nampak agak sepi.
Suatu hal yang miris ketika Tim Kominfo menyaksikan ratusan kios dan puluhan lapak yang ada dalam Pasar Pada, tetapi hanya satu lapak saja yang menyiapkan tempat cuci tangan untuk pembeli yang datang berkunjung. Sang pemilik lapak dagang tersebut adalah Ibu Imelda Nutong warga Bluwa kelurahan Lewoleba Barat yang saat ini menjual barang kebutuhan harian seperti Tomat, dan berbagai jenis sayuran dan bumbu masakan.
Jurnalis Kominfo Lembata Viqi Making, terkagum dengan keasadaran sang Ibu sebagai pemantik harga kemanusiaan di tengah hiruk pikuknya berjualan di Pasar Pada. Sang Jurnalis Kominfo meminta tanggapannya mengapa para pedagang lain tidak melakukan hal tersebut. “saya sebagai pedagang tomat telah mendengar dan membaca di berbagai media tentang panyakit Corona atau covid-19. Diakuinya bahwa tidak mengikuti berita secara terus menerus karena setiap hari ada di pasar, tapi terkejut sekali bahwa sudah puluhan ribu orang yang meninggal dunia karena corona. Realitas inilah yang menyadarkan rasa kemanusiaanku, uang bisa dicari, tetapi saling menjaga dan menghargai hidup itu yang utama. Kesadaran iniilah menyebabkan saya selalu mengikuti himbaun Pemerintah untuk selalu waspada terhadap bahaya corna, cara penularan dan cara bersikap yang baik untuk terhindar dari virus berbahaya ini.
Lain lagi dengan Ina Deran, pedagang ikan asal Ile Ape ketika ditanya Jurnalis Kominfo, mengapa tidak menyiapkan tempat cuci tangan untuk para pembeli. Sang Ina dengan polosnya mengatakan bahwa saya sudah menanyakan tempat air dan sabunnya, tetapi agak mahal, karena itu saya perlu mengumpulkan uang dulu. Selain Ina Deran ada pedagang lain yang enggan menyebutkan namanya mengeluhkan bahwa menyiapkan tempat cuci tangan dan sabun akan menambah beban dalam berjualan, yakni menyediakan air dan sabun karena setiap orang yang berkunjung lumayan banyak berarti air dan sabun yang harus disiapkan juga harus banyak. Satu hal yang ditambahkan pedagang tersebut adalah informasi di Lembata juga belum ada positip corona, sehingga belum saatnya melakukan siaga seperti itu.
Keluhan pun datang dari Ibu Merry, seorang Pembeli yang membeli kebutuhan pokok seminggu sekali di pasar tersebut mengatakan bahwa sebenarnya dia ingin waspada terhadap virus corona ini. Hidup harus lebih penting, tetapi nampaknya di tempat ini belum terlalu waspada terhadap virus corona. Menurutnya para pedagang masih terlalu menganggap sepele permasalahan ini, padahal nyawa pembeli dan kita semua jadi taruhan. Hal ini terbukti bahwa hampir semua kios, atau lapak di Pasar Pada tidak menyediakan tempat cuici tangan.
Ketika ditanya tim Kominfo bagaimana mengatasi hal tersebut agar virus tidak menular kepada dirinya dan keluarganya. Sang Ibu yang juga adalah Aparatur Sipil Negara ternyata memiliki strategi tersendiri ketika berbelanja kebutuhan di pasar atau toko. Pertama, menjaga jarak dengan penjual yang didatangi, kedua, ketika melihat tidak tersedia tempat cuci tangan, maka perlu menanyakan mengapa tidak menyiapkan tempat cuci tangan dan menyampaikan tentang bahaya corona; ketiga menyiapkan uang pas, belanja sesuai dengan harga yang tdk ada kembalian, ketiga, setelah sampai di rumah, mencuci tangan dengan sabun yang disiapkan dan menunggu hingga kering lalu masuk rumah. Satu sarannya untuk Pemerintah atau Dinas terkait agar secepatnya melakukan sosialisasi terhadap tempat tempat publik seperti pasar, terminal dan daerah pelabuhan, meskipun telah melakukan semprot desfektan dan pengukuran suhu tubuh.
Pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, sang penjual menjual barang dagangan, sang pembeli membeli barang yang dibutuhkan. Realitas peradaban pasar sesungguhnya bukan semata-mata terletak pada kestabilan harga sembako yang diharapkan, tetapi terletak pada harga kemanusiaan. Kita semua berharap Pasar bukan tempat beredarnya virus, bukan juga menjadi biang pencetusnya celaka kehidupan. Keluhan dan kekesalan para penjual dan pembeli terhadap perilaku pedagang Pasar Pada yang belum waspada terhadap virus corona menjadi tantangan untuk kita semua.
Tim Penyemprot Pasar Pada di bawah koordinasi ketua Yoseph Poli Karangora telah berjibaku melakukan penyemprotan desfektan di lokasi Pasar tersebut setiap pagi sebelum pasar dimulai dan sore setelah selesai, ternyata belum mampu menimbulkan rasa respek dari para pengais rejeki di tempat itu untuk memantik rasa harga kemanusiaan. (Kominfo Lembata)