Desa Atakowa di Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata yang merupakan salah satu desa penyumbang kasus malaria di Kabupaten Lembata akhirnya Deklarasikan diri menuju desa bebas malaria pertama dari 60 desa binaan di kabupaten Lembata . Wakil Bupati Lembata, Thomas Ola, Mewakili Deken Lembata ketua Yayasan Papa Miskin, Rm. Kristo Soge,Pr diundang dan ikut menadatangani Deklarasi menuju Bebas malaria sebagai bentuk motivasi bagi pemerintah dan masyarakat desa itu untuk berjuang mewujudkan desanya bebas malaria tahun 2019.
Desa Atakowa di Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata yang merupakan salah satu desa penyumbang kasus malaria di Kabupaten Lembata akhirnya Deklarasikan diri menuju desa bebas malaria pertama dari 60 desa binaan di kabupaten Lembata . Wakil Bupati Lembata, Thomas Ola, Mewakili Deken Lembata ketua Yayasan Papa Miskin, Rm. Kristo Soge,Pr diundang dan ikut menadatangani Deklarasi menuju Bebas malaria sebagai bentuk motivasi bagi pemerintah dan masyarakat desa itu untuk berjuang mewujudkan desanya bebas malaria tahun 2019.
Kepala Desa Atakowa John Laga mengaku, selama ini warga desa nya sejumlah 289 jiwa dari 80 kepala keluarga belum bebas malaria. Namun demikian ia optimis dengan adanya kesepakatan bersama antara warga desa dengan pemerintah yang tertuang dalam deklarasi yang ditandatangani sejumlah pihak tersebut cita-cita untuk menjadikan desa Atakowa bebas malaria pada tahun 2019 akan benar-benar akan wujud, ujarnya.
Upaya dan optimisme kepala desa Atakowa bersama warganya tersebut mendapat apresiasi sejumlah pihak termasuk Program Manager Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia dr. Ari Hermawan yang hadir dalam kegiatan tersebut. Saya optimis cita-cita dan upaya kepala dan Atakowa dan bahkan pemerintah Daerah Kabupaten Lembata untuk menjadikan Lembata bebas malaria akan benar-benar terwujud,katanya Ia mengisahkan dalam sambutanya, sejak tahun 2015 pihaknya telah berkarya di 5 provinsi di Indonesia Timur termasuk NTT. Pada saat itu Kabupaten Lembata merupakan Anual Parasit Insiden (API) malarianya paling tinggi di NTT. Namun berkat dukungan pemerintah daerah dan para pemerhati malaria di Kabupaten Lembata API malaria di Lembata turun drastis karena dari 1.000 orang penduduk di Kabupaten Lembata hanya ada 8 orang terkena kasus malaria pada Desember 2018, katanya. Namun demikian ia menghrapkan agar Unit Kesehatan Bersumber daya Masyaarakat(UKBM), kelompok Mama Mala, Garda Malaria, Kader Cilik dan semua pihak di desa lain juga harus bekerja keras mewujudkan cita-cita desa bebas malaria. Dengan demikian tidak hanya Desa Atakowa yang deklarasi menuju desa bebas malaria tapi Kabupaten Lembata bisa di deklarasikan sebagai kabupaten bebas malaria kedepan ,ujarnya penuh optimis.
Wakil Bupati Lembata Thomas Ola dalam arahannya menyeruhkan bahwa gerakan mengatasi masalah malaria harus dilakukan dengan komitmen bahwa nyamuknya boleh ada namun penyakit malarianya tidak boleh ada. Nyamuk tidak bisa hilang dari kita tapi penyakitnya harus bisa hilang dari kita, katanya. Ia menghimbau jika menggunakan kelambu itu cara yang praktis mengatasi masalah malaria maka mari kita saling mengingatkan untuk selalu menggunakan kelambu setiap kali tidur. Mari kita sungguh sungguh membasmi malaria di daerah kita karena ketika kita menderita malaria, tidak ada aktivitas apapun yang dapat kita lakukan sehingga produktifitas kita pasti menurun. Dengan demikian Wabup Ola memastikan cita-cita kabupaten Lembata untuk produktif dan berdaya saing tidak akan terwujud. Justru yang terjadi adalah masyarakatnya menjalani penderitaan diawali demam, panas dan sakit yang menyiksa dari hari kehari, katanya.
Sebagaimana diliput dilokasi kegiatan di desa Atakowa, masyarakat desa penuh antusias ikut dalam acara yang berlangsung di Kapela setempat Sabtu, 26/1. Wujud keterlibatan warga tersebut ikut serta dalam berbgai kelompok pemerhati malaria desa yakni Unit Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), kelompok Mama Mala, Garda Malaria, Kader Cilik yang anggotanya dikukuhkan dalam perayaan ekarisi dalam rangkaian acara tersebut. (Tim Kominfo Lbt)