Visi-Misi Pembangunan Daerah dalam bingkai kepemimpinan Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur, dan Wakil Bupati, Thomas Ola, silaksanakan melalui (3) tiga struktur aksi kinerja dan kelembagaan Organisasi Perangkat Daerah serta pengelolaan sumber kekayaan daerah untuk mewujudkan tercapainya Visi Pembangunan 2017-2022, “ Terwujudnya Lembata yang Produktif dan Berdaya Saing untuk Kesejahteraan Rakyat Berkelanjutan”.
Tiga Pilar Utama Pembangunan itu adalah, Reorganisasi, Restrukturisasi dan Redesain yang diimplementasikan melalui prioritas program kegiatan dalam APBD 2018, dengan tema, “ Akselerasi pembangunan infrastruktur strategis untuk meningkatkan pendapatan daerah dan pengembangan ekonomi wilayah serta pembangunan perdesaan. Ikutilah, ulasan Karolus Kia Burin, Sekretaris Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Lembata berikut ini.
Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur dan Wakil Bupati, Thomas Ola, diawal kepemimpinannya menggagas 9 (Sembilan prioritas kebijakan yang berfokus pada optimalisasi pendapatan melalui infrastruktur strategis, ketahanan pangan dan industry dengan line map “Arah Kebijakan; Arah Pembangunan dan Strategi; dan Penguatan Perencanaan Pembangunan” , yang pencapaiannya melalui integrasi 3 Pilar Utama Pembangunan.
Ketiga Pilar Utama Pembangunan itu : (1). Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (yang fokus pada dimensi pembangunan manusia dan pelayanan public). (2). Pembangunan Ekonomi (yang focus pada dimensi pembangunan sector unggulan,pemerataan dan pembangunan wilayah. (3). Pembangunan Ekologi (yang fokus pada dimensi pembangunan berkelanjutan) melalui pendekatan kewilayahan,social ekonomi dan kelembagaan yang diformulasikan dalam Rantai Ekonomi #Lembata 2.0 (two Point Zero) yang adalah role map percepatan pembangunan atau sebagai guide of Lembata Development.
Dalam sambutan peringatan HUT RI ke-73 lalu, Bupati Sunur menegaskan, dengan desain kebijakan Visi-Misi yang inovatif,terukur dan efisien diharapkan kita semua dalam satu semangat dengan improvisasi yang terarah meletakan desain kebijakan ini dalam satu pemahaman yang berorientasi kerja, kerja dan kerja agar tujuan dan pencapaiannya dapat terjawab sesuai dengan rencana desain yang ada. Menurut Sunur, inovasi sangat diperlukan karena mampu memantik kreatifitas yang produktif dalam memnciptakan loncatan-loncatan besar dalam membangun daerah ini dengan paradigma pembangunan people follow infrastructure.
Dengan fiscal yang rendah, urai Bupati Sunur, tentu aktivitas pembangunan sangat bergantung pada biaya Negara melalui APBN. Menyadari akan hal ini maka pemerintah daerah menyusun kebijakan keuangan daerah secara cermat dan terukur agar menghasilkan belanja produk yang berkualitas dalam menjawab dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang diantaranya melalui optimalisasi pendapatan di segala sector dengan melakukan rasionalisasi prioritas belanja strategis yang disesuaikan dengan RPJMD 2017-2022 yang memacu percepatan pencapaian target kinerja daerah tahun 2018 sebagai tahun pertama aksi RPJMD 2017-2022. Hal ini dilakukan mengiungat RPJMD ditetapkan setelah penetapan APBD 2018.
Untuk diketahui, bahwaposturAPBD TA 2018 yang semula atau sebelum penyesuaian dengan RPJMD 2017-2022 proporsi belanjanya adalah belanja pegawai lebih besar (hampir mencapai 60%) dan belanja masyarakat (hamper mencapai 40 %) dirasionalkan hingga mendapat struktur APBD Tahun 2018 hasil penyesuaian dengan RPJMD adalah 38 % untuk belanja pegawai dan 62 % untuk belanja masyarakat. Itu sama artinya dengan kita harus membangun, dan terus membangun sector-sektor yang berpotensi menaikan pendapatan daerah agar proporsi belanja masyarakat terus semakin meningkat setiap tahunnnya.
“Sektor utama untuk menggenjot peningkatan pendapatan adalah sector Pariwisata melalui Event Festival 3 Gunung (Blue Mountains Tours) yang diawali dengan kegiatan Launching di Kementerian Pariwisata RI di Jakarta dan sebagai tindak lanjudnya sudah saya buka secara resmi kegiatan pre event Festival 3 Gunung (F3G) pada 15 Agustus 2018 dengan kegiatan pameran produk dan Sail Indonesia. Puncak event Festival 3 Gunung telah berlangsung dari tanggal 22-29 September 2018 dengan mengeksploitasi keunikan dan keanekaragamanbudaya dan alam Lembata yang indah, panoramic dan fantastic dalam travel #eksplore rural Lembata yang focus pada penguatan struktur budaya dan pengembangan atraksi yang merupakan daya tarik wisata yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kondisi kesejahteraan masyarakat.
Menurut Bupati Sunur, kegiatan festival 3 gunung merupakan media yang integrated dari suatu kebijakan paternalistic dengan melibatkan berbagai komunitas budaya dan khususnya anak-anak muda Lembata untuk dapat mengeksplore jati dirinya sekaligus menjaga, memelihara dan melestarikan kearifan local Lembata dan mempertahankan eksistensi identitas #Aku Lembatadan dengan harapan pemuda Lembata mengembangkan bakat dan minatnya untuk berprestasi dalam semangat one product-ten activity-hundred reward.
Festival 3 Gunung, urai Sunur, berlangsung begitu meria dan heroic, bermaksud sebagai upaya mengangkat citra wisata Kabupaten Lembata dengan berbagai aktivitas yang beragam, unik dan menarik. Antara lain, Gala Desa, Travel Village, festival Payung Lembata, festival Paralayang International , Lembata International Heritage Walk, expo dan festival Film dan Music Pemuda, Lembata International Documentary Film Festival, expo Budaya Uyaleun Raya, Festival Lamaholot, NTT Fashion Carnaval 2018, Pesta Kacang Ileape, Lamalera Whale Ctching Adventure, Travel Fishing, Volcano Foot Ball Exhibition, Lembata Sun Set Trail Family Fun Runing Race,Festival Literasi #Saya Baca serta Blue Mountains dan Land Tours di Pulau Gunung Batutara, Kawah Ile Lewotolok, jajaran five brothers Gunung Ile Werung, atraksi Hadok di Atadei, Tarian Beku Lebatukan, Levanuang di Lamalera, menangkap Nale di Pantai Mingar dan sekitarnya, air pelangi di Tewao Wutung, 60-an Tengkorak manusia leluhur di Lewogolok Desa Lolong, puang kamer di Desa Leuwayang, lukisan dinding pra sejarah Liang Pueng di Desa Hingalamamengi, dan 11 titik spot dive panorama Taman Laut Lembata. Masih banyak obyek wisata menarik lainnya, tapi sudah terekam dalam RPJMD 2017-2022 serta hasil penyesuaian Rencana Induk Pariwisata Kabupaten Lembata.
Fokus kebijakan kepariwisataan menurut Bupati Sunur, adalah pada peningkatan pasar dan promosi, pengembangan destinasi (daya tarik wisata) , industrialisasi pariwisata serta kerjasama dan investasi. Untuk itu, upaya yang yang dilakukan diantaranya, pengembangan destinasi atau daya tarik wisata yang potensial, penguatan SDM, percepatan pembangunan infrastruktur sebagai aksesibilitasdan daya saing pada daerah yang potensil sebagai daya tarik wisata, peningkatan pasar dan promosi, penguatan struktur budaya, pengembangan atraksi yang berorientasi pada peningkatan pendapatan.
Kegiatan fisik yang dilaksanakan diantaranya : pembangunan rest area di Ile Lewotolok dan Ile Werung, pembangunan jeti pariwisata pojok cinta dan kuliner W2PASS (weng, wutuq pas) Desa Balauring, pembangunan jeti pariwisata di pantai Selatan-Utara Nuhanera di Desa Dikesare dan Desa Kolipadan besrta fasilitas kepariwisataan. Pembangunan jeti pariwisata serta sarana prasarana wisata Mangrove Pantai Mutiara Desa Waijarang, pembangunan jeti dan kolam Renang Apung beserta fasilitasnya di Pulau Siput Awulolong, Kecamatan Nubatukan, pembangunan sarana prasarana wisata di Pantai Weilai, Air Pelangi Atawua Palace dan stone garder (Taman Batu) di Desa Tawao Wutung, penataan wisata Bukit Cinta Wolor Pass, dan Revitalisasi Kampung Adat Lewogolok di Desa Lolong, Kecamatan Nagawutung.
Pembangunan sector lainnya juga amat penting. Di sector Pekerjaan Umum. Penataan Ruang dan Perhubungan, pemerintah saat ini membangun infrastruktur jalan strategis antar kecamatan yang merupakan kewenangan sebagai jalan kabupaten; jalan strategis lokasi daya tarik wisata puncak Ile Lewotolok dan menuju Gunung Ile Werung, pembangunan jalan strategis dalam pengembangan wilayah lingkar Tanjung Baja, pembangunan jalan lingkar Tanjung Tuak (program TMMD Tahun 2018) . Peningkatan jalan Waijarang –Lamalera-Alap Atadei-Dulir (segmen Waijarang-Mingar-Idalolong. Peningkatan jalan Hingalamamengi-Kalikur-Wairiang, peningkatan jalan Tapobaran-Lodoblolong-Nilanapo-Bean-Tobotani. Pemeliharaan jalan Waikomo-Lerek (segmen kritis), pemeliharaan jalan Waijarang-Lamalera-Labala-Alap Atadei-Dulir (segmen Baobolak-Mingar.
Peningkatan jalan Atawolo-Watuwawer, Dulitujan-Palilolon, Simpang Bean-Peumole, simpang Wowong-Aramengi, simpang Leuburi-Rumang, simpang Watuwawer-Inakarun, Waowala-Napasabok, Atakore-Lewogroma, Dulitukan-Kolipadan, Paololo-Labala, Penikenek-Atawai, Karangora-Waiteba, Lodoblolong-Lamadale, , Kalikur-Wairiang, Meluwiting 1-Puakoyong, Roma-Kampung Lama Leuwayang. Pembangunan jalan pada segmen kritis Ole-Lewoeleng, pembangunan jalan Meluwiting menuju Swaralaleng.
Pembangunan jalan Lingkungan Perkotaan yang tersebar di semua Kelurahan yang ada di Kota Lewoleba. Bantuan pembangunan jalan strategis kabupaten pada ruas jalan Balauring-Lohu-Dolulolong yang bersumber dari dana Kementerian Desa, PDTT dan Transmigrasi. Penangan darurat pembangunan Jembatan Waima, Pembangunan jembatan Ebak Serikat di Desa Paubokol, pembangunan pengaman Pantai Umaleu dengan pilihan kegiatan reklamasi pantai yang bersumber dari dana BNPB, pembangunan pengaman Pantai Balauring dengan pilihan kegiatan reklamasi pantai yang bersumber dari dana APBD Kabupaten Lembata berdasarkan rekomendasi dari dokumen kajian resiko bencana multy bahaya di Kabupaten Lembata tahun 2015-2020 yang dilakukan oleh Pusat Studi Managemen Bencana UPN Jogjakarta. Dimanapesisir Pantai Balauring termasuk didalam daerah dengan potensi Tzunami Tinggi dan Gelombang ekstrim tinggi yang dilakukan kegiatan mitigasi baik fisik maupun non fisik karena dapat membahayakan kehidupan masyarakat di sekitarnya dan juga atas usulan Musrebang Kecamatan Omesuri, dan pembangunan Talud Penahan Banjir di Desa Lamalera A.
Untuk pembangunan dan peningkatan jaringan Irigasi, ada beberapa paket yang dikerjakan tahun ini, yakni pembangunan jaringan irigasi Daerah Irigasi Letu Boro, peningkatan jaringan irigasi Daerah Irigasi Wainili dan pemeliharaan jaringan irigasi Wowong. Selanjutnya untuk pembangunan jaringan air minum/air bersih, pada tahun ini dilakukan beberapa paket kegiatan yakni pembangunan SPAM Balauring, pembangunan SPAM Tanjung, pembangunan SPAM Atakowa, pembangunan SPAM Penikenek, , pembangunan bak reservoir di Segitiga HI, pembangunan reservoir di Desa Lolong, pembangunan jaringan air minum dari mata air Wailuba untuk melayani Desa Lerek, Atawolo, Atakore, Nubahaeraka, Baoraja dan Lewogroma.
Perluasan jaringan air minum/air bersih dan bak reservoir Benihading ke Desa Umaleu dan bak reservoir Hoelea ke Desa Buriwutung serta pembangunan jaringan air minum/air bersih di Desa Lamadale menuju Desa Dikesare. Pembangunan Jeti Perhubungan, Pengadaan Kapal Wisata dan Bus yang merupakan sharing Budgeting dana DAK. Untuk pembangunan energy listrik, demikian Bupati Sunur, pemerintah sangat berterima kasih kepada PT PLN Lembata dalam realisasi electricity sesuai dengan skema target pemerintah, dan diharapkan dalam tahun 2019 semua wilayah di Kabupaten Lembata sudah teraliri listrik. Dan untuk mendukung Program Nasional Presiden Joko Widodo-Wakil Presiden Yusuf Kalla #Indonesia Terang Tahun 2019, maka saat ini Pemerintah Daerah mengintensifkan sumber daya yang ada melalui PLTD, PLTS yang di interkoneksi dengan listrik PLN.
Dalam proses perencanaan akan dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) dengan kekuatan 5 Megawatt. Harapan pemerintah, dengan berbagai upaya yang dilakukan ini bisa memenuhi kebutuhan listrik untuk semua rumah tangga didaerah ini sehingga target Lembata Terang 2019 dan target Indonesia Terang 2019 dapat terwujud. Untuk sector lainnya, tahun 2018 ini pemerintah mendorong produksi UKM, usaha orang dan badan kreatif, peningkatan produksi garam di Desa Tapobaran, Pengadaan Perpustakaan untuk mendorong literasi sesuai dengan regulasi yang berlaku. Pembangunan Stadion dan Gedung Olahraga yang reprensentatif untuk menjawab kebutuhan para pemuda. Pembangunan RSUD untuk peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat melalui “Good Pagi”.
Untuk pembangunan pedesaan pemerintah focus pada 4 hal yakni program percepatan pembangunan ekonomi desa (P3ED) Desa Tersenyum 2.0 (Two Pont Zero), pengembangan produk unggulan desa dan produk unggulan kawasan pedesaan model Cluster Tematik untuk mendukung desa cepat tumbuh. Pengembangan BUMDES dan penguatan struktur ekonomi kreatif desa. Penguatan literasi dan gala desa serta pengembangan pariwisata desa (Trevel Village) #Eksplore Rural Lembata. Itulah aktivitas pembangunan di tahun 2018 yang saat inidikerjakan oleh Pemeritah daerah.
“Pada tahun 2019 Rencana Kerja Pemerintah Daerah berfokus pada optimalisasi pemanfaatan seluruh sumber daya serta melanjutkan program prioritas untuk peningkatan pendapatan melalui pengembangan wilayah berdasarkan tipologi desa untuk pertumbuhan ekonomi dengan tema : “ Melanjutkan Pembangunan Prioritas Bagi Akselerasi Pembangunan Infrastruktur Strategis Untuk Meningkatkan Pendapatan Melalui Rantai Ekonomi dan 5 (Lima) Prioritas Daerah”, ujar Bupati Sunur. Terlepas dari segala kekurangan, Bupati Sunur mengatakan, capaian kinerja saat ini merupakan prestasi kerja kita bersama. Karena itu, mari kita wujudkan aktivitas pembangunan dengan saling membantu dalam energy positif sebagai pengabdian yang tulus kepada Leu Auq Lewotana Lembata. “Kita perlu lompatan-lompatan pemikiran yang visioner dan dengan semangat kokoh bagaikan seorang Lamafa dalam Simponi Cinta dan Harmoni sanggup menaklukan Koteklema untuk menghadirkan senyum bagi warganya”, kata Sunur.
Sebuah prestasi budaya telah terukir indah. Bahwa Levanuang, budaya penangkapan Ikan Paus secara tradisional di Desa Lamalera pada tanggal3 Agustus 2018 lalu, melalui prestasi pemerintah pada Tieam penilai sudah ditetapkan sebagai, “ Warisan Budaya Tak Benda Indonesia” (WBTB) oleh Pemerintah Pusat. Dengan demikian, saat ini budaya penangkapan Ikan Paus secara tradisional menjadi kekayaan budaya nasional yang keberadaannnya harus terus berlanjut sesuai dengan keaslian nilai-nilai budaya local yang ada. Tahun depan, Pemerintah Kabupaten Lembata juga akan mengusulkan budaya tradisional Tarian Sole Oha, Beku, Ahar, Puang Kemer agar dapat juga ditetapkan menjadi Warisan Budaya Nasional.
Pemekaran wilayah kecamatan menjadi urgen saat ini. Mengapa?…dengan melihat realitas masalah dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan percepatan pembangunan, baik yang dilakukan Pemerintah Pusat dan Provinsi seta yang dilakukan Pemerintah Daerah, khususnya tentang kepemilikan dan/atau klaim kepemilikan Tanah Ulayat yang berdampak pada terganggunya beberapa kegiatan pembangunan serta untuk menghindari potensi konflik horizontal maka perlu pemekaran wilayah. Langkah konkritnya, Pemeritah Daerah memandang perlu untuk membuat Peraturan Daerah (tentu bersama DPRD Lembata ) tentang Penetapan Hak Ulayat di Kabupaten Lembata sesuai dengan regulasi yang berlaku. “ Diharapkan, pada tahun 2018 dan paling lambat awal tahun 2019 akan dilakukan pembentukan Kecamatan Omesuri Selatan yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Omesuri dan Pembentukan Kecmatan Suri Wula yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Buyasuri. Dengan demikian, Kabupaten Lembata akan mempunyai 11 Kecamatan dari 9 Kecamatan yang ada saat ini”, harap Bupati Sunur.
Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur dan Wakil Bupati, Thomas Ola, sungguh komitmen kuat dan hati tulus membangun Lembata dengan pemikiran dan gagasan inovatif-kretif yang menjangkau masa depan khususnya sector utama Pariwisata. Festival Tiga Gunung (Batutara, Ile Lewotolok dan Ile Werung ) yang sukses dilakukan penuh heroic dengan berbagai atraksi budaya mampu menyedot perhatian ribuan pengunjung Nusantara dan mancanegara. Bukit Doa, dan Bukit Cinta menjadi pusat dan puncak event akbar yang dihadiri Guburnur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat.
“Kita hadir di Bukit Cinta ini karena cinta. Pemda Lembata, dalam hal ini, seorang Bupati yang Enterpreneur mempunyai gagasan kreatif imajinatif yang mampu melahirkan event kreatif imajinatif F3G yang tak dapat tertandingi. Karena itu, kita patut menyampaikan apresiasi yang tak terniilai”, tandas Viktor ketika menutup event akbar Festival Tiga Gunung, di Bukit Cinta Lembata. Sejalan dengan pembangunan pariwisata di Kabupaten Lembata, Pemda NTT juga menempatkan pariwisata sebagai program utama untuk memicu sector lainnya. Karena itu, menurut Gubernur Viktor, terobosan kreatif dan imajinasi berbagai event, atraksi budaya dan promosi pariwisata menjadi pilihan strategis untuk menarik wisatawan domestic dan mancanegara. Target kita sampai dengan tahun 2020 dapat tercapai 3 juta Wisatawan yang mengunjungi Bumi NTT. (Karolus Kia Burin/Sekretaris Dinas Kominfo Lembata).***