Bukan tidak mungkin Festival 3 (tiga) Gunung : Batutara, Ile Lewotolok, dan Ile Werung dari Kabupaten Lembata, Provinsi NTT yang lagi dikemas dan gencar dipromosikan diseantero Nusantara maupun mancanegara bakal menjadi “Produk Baru Wisata Dunia”. Mengapa tidak.
Gunung Batutara punya keunikan meletus setiap 20 menit dengan menyemburkan asap dan bunga api yang dapat ditonton dari laut dengan kapal cepat. Batutara bahkan menjadi obyek wisata terunik peringkat ll Indonesia. Ile Lewotolok, gunung berapi dengan kawah yang luas dan nyaman untuk bermain bola yang punya daya pikat tersendiri. Sementara Ile Werung terletak di Kecamatan Atadei, dengan karakteristik kawah yang dalam dengan dinding batu terjal bekas letusan, kaldera menarik dinikmati wisatawan. Tiga gunung ini punya daya pikat dan keunikan tersendiri. Karena itu, mejadi tekad dan obsesi Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur dan Wabup, Thomas Ola, mengundang Presiden RI, Joko Widodo menghadiri event akbar ini. Karena dibalik kehadiran Presiden , Lembata mendapat kucuran berkah Nawacita. Membangun dari pinggiran, infrastruktur jalan dan sarana lainnya menjadi bidikan Presiden Jokowi.
Tapi, tidak banyak pemimpin yang mampu melihat bahwa tiga gunung ini diprediksi mampu “menghipnotis” dunia. Kecuali, dua sosok Pemimpin Lembata Baru, Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur dan Wakil Bupati, Thomas Ola dengan kebijakan pembangunan pariwisata sebagai Leading Sector, mampu menggali potensi alam dan dikemas sebagai Produk Baru Wisata Dunia. Kini, Festival Tiga Gunung menjadi Lokomotif pengembangan obyek wisata dan budaya di Bumi Lembata. Simak ulasan, Karolus KiaBurin, Sekretaris Dinas Kominfo Lembata berikut ini.***
Kebijakan pembangunan pariwisata yang digagas kedua sang pemimpin ini mesti disikapi dan dijabarkan secara kreatif dan inovatif oleh Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sesuai tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) masing-masing. Artinya, OPD lainnya, tidak boleh berpandangan bahwa membangun pariwisata hanya mutlak tugas utama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Secara teknis operasional memang diakui, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata, Apolonaris Mayan, S.pd menjadi “Sutradara” dibalik suksesnya Festival Tiga Gunung ini.
Dalam rangka menyamakan persepsi tentang event akbar Festival Tiga Gunung, diadakan rapat koordinasi bersama para Kepala OPD, selasa, (24/4) lalu, dipimpin Wakil Bupati Lembata, Thomas Ola di ruang rapat Bupati Lembata. “Envet akbar ini mesti sukses. Karena itu, dibutuhkan kerja keras pimpinan OPD sesuai peran masing-masing seksi dalam kepanitiaan. Hajatan ini pula mesti disikapi dengan semangat kreativitas dan inovatif. Tidak hanya menanti peran dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Tapi, mari bersama Pokja dan stakeholder lainnya menjadi motor penggerak suksesnya F3G ini”, ujar Wabup Thomas.
Apolonaris Mayan Sang Komandan Disbudpar Kabupaten Lembata saat ini pun dipersilahkan Wabup Thomas untuk memaparkan dasar pemikiran dan latar diadakannya F3G serta rangkaian kegiatan pendukung lainnya. Mantan Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Lembata menjelaskan secara sangat rinci dan lugas. Apol Mayan, demikian ia kerap disapa, mengurai, F3G adalah suatu paket kemasan produk wisata Lembata yang berisi rangkaian event yang diselenggarakan dengan tujuan mendorong pertumbuhan dan pengembangan destinasi pariwisata Kabupaten Lembata sebagai daerah tujuan wisata baru nasional dan dunia guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Festival Tiga Gunung (F3G), urai Apol Mayan, menjadi daya dorong yang kuat bagi sejumlaj event penting lainnya. Rangkaian event ini dikemas sedemikian rupa menjadi Blue Mountain Tours dan Lembata International Heritage Walk 2018. Ini merupakan kegiatan rally wisata bahari dan budaya dengan itinerary yang akan dimulai dari Lewoleba menuju Batutara, Nuhanera, Puncak Gunung Ile Lewotolok, Dapur Alam Atakore, Ile Kampung Adat Lamanunang, Werung, Lamalera, mengelilingi Pantai Selatan melalui Tewaowutung, Lolong, Pantai Penyu Loang, Wolor Pass dan obyek wisata lainnya. Tujuan kegiatan ini, jelas Apol Mayan, untuk memperkenalkan secara langsung destinasi alam, budaya dan Daerah Tujuan Wisata (DTW) buatan yang ada di Kabupaten Lembata.
Menarik memang. Target peserta event ini mencapai 200 orang yang memenuhi syarat dan direkrut Event Organizer (EO) pemenang lelang seperti Indonesian Mountains, pencinta alam, komunitas Back Packer , komunitas Phothographer , komunitas Videography, komunitas Bloger,wisatawan nusantara dan mancanegara, crew televise, komunitas paralayang, komunitas terjun paying, komunitas drone, komunitas seni/budaya/peguyuban dan masyarakat Kabupaten Lembata di lokasi kegiatan. Dijelaskan, blue mountains tours ; antara lain, Lembata International Heritage Walk 2018 (Lamanunang-Lusilame-Kampung lama Ile Lewotolok,Lewogolok,etc), Lembata Sunset Trail Family Fun Running Race 2018, Festival Payung Lembata (buatan khas orang Lembata), Festival Paralayang International, pesta kacang Ile Ape, Lamalera Whale Catching Adventure –Visite to barter and night market, exsibition volcano foot ball, NTT Fashion Carnaval 2018, land tours and travel village.
Menurut Apol Mayan, rangkaian kegiatan lainnya adalah dilakukan expo dan festival inovasi pemuda : Lembata Youth Music and Film Festival, Extreme Sport Tourism (Lomba Dayung lawan arus laut), festival Literasi #Saya baca,expo and festival buadaya Uyeleun Raya, Lembata Internasional Documentary Film Festival, dan Festival Nale. Itulah rangkaian tour yang dirancang untuk menyemarakan event akbar F3 G dimaksud, yang dimulai tanggal 1 Mei 2018, diawali dengan Lamafa, misa Lefa di Desa Nelayan Lamalera, Kecamatan Wulandoni sebagai tanda dimulainnya penangkapan Ikan Paus secara tradisional.
Sejak 1 Mei hingga akhir Oktober 2018, jelas Apol Mayan, kegiatan aneka festivalcukup padat termasuk F3G ini. Dimana bermaksud menggiring wisatawan domestic maupun mancanegara menikmati keindahan dan keunikan tiga gunung ini. Wisatawan ketika menuju tiga gunung akan mendapatkan suguhan berbagai atraksi budaya dan kegiatan lain yang menarik. Misalnya, ketika wisatawan mendaki Gunung Werung, di Desa Lerek, Kecamatan Atadei maka kita suguhkan atraksi Hadok,(Tinju Tradisional), pentas Ahar –seremoni pengukuhan anak sulung di Atadei. Bagi orang Atadei, kalau belum Ahar artinya belum diakui sah sebagai anak suku. Berbagai antraksi tarian dan pentas seni dipertunjukan di seputaran Dapur Alam (Ina Karun), sumber panas bumi yang dapat memasak berbagai makanan jika dimasukan dalam lubang beruap panas. Sedangkan di Ile Lewotolok,di Kecamatan Ile Ape, ketika tracking ke puncak gunung, wisatawan juga dapat menyaksikan pesta kacang, pameran hasil produk tenunan khas kain adat setempat serta atraksi seni dan budaya lainnya.
Apol Mayan, lebih lanjut mengatakan, F3G yang di Lauching oleh Kementerian Pariwisata RI pada 8 Mei 2018, di Jakarta ini diharapkan membawa dampak positif bagi masyarakat dengan menyediakan berbagai produk khas daerah sebagai cindramata dan kenang-kenangan dari Lembata. Hal ini tentu memicu pertumbuhan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat. Event ini harus disambut positif sebagai berkat. Festival tiga gunung ini harus dijadikan sebagai obyek wisata unik didunia. Maka, promosi dan publikasi yang kuat menjadi pilihan strategis. *** Karolus Kia Burin/Dinas Kominfo Lembata)**