Warga 3 desa dari 5 desa di Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur yang selama ini berada posco pengungsian sejak 10 Oktobr 2017 silam akhirnya kembali ke kampung halamannya pada Kamis, 19 Oktober 2017 pukul 11.00 Wita. Ketiga warga desa yang boleh kembali tersebut yakni desa Tokojaeng, Lamawolo dan Napasabok menggunakan angkutan roda 4 milik Polres Lembata, Kopdit Ankara, 2 dumtruk Dinas dari BLH Kabupaten Lembata, dan 3 pic up milik prorangan. Dengan kembalinya warga 3 desa tersebut maka warga pengungsi yang masih ada di posco pengungsian adalah warga 2 desa yakni Desa Lamagute dan Desa Waimatan yang harus menunggu beberapa waktu kedepan.
Keberangkatan para pengungsi ke kampung halaman tersebut dilepas Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur didampingi Pelaksana tugas BPBD Kabupaten Lembata Roly Betekeneng,SH Anggota DPRD Lembata Piter Bala Wukak. Ikut hadir dalam kegiatan tersebut Kadis Kominfo Markus Labi,S.Sos, Kepala Badan Lingkungan Hidup Quintus Irenius Suciadi dan beberapa pimpinan OPD.
Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur dalam arahannya menyatakan kembalinya para pengungsi ke kampung halaman sudah merupakan kehendak bersama dan pemrintah memfaslitasi. Selama berada dipengungsian pemerintah daerah sudah memfalitasi semaksimal sesuai kemampuan dan beberapa pihak swasta ikut didalamnya. Atas kembalinya masyarakat ke kampung halaman tersebut Bupati Sunur perintahkan para camat dan kepala desa untuk terus melakukan pemantauan dan pendampingan agar tidak terjadi kepanikan dan trauma yang berlebihan, sambil mengajak masyarakat untuk beraktifitas seperti biasanya. Kepada para tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas dan desa agar senantiasa ada dan bekerja melayani masyarakat dan untuk itu berada bersama masyarakat dibawa pengawasan caat setempat.
Albertus Kuna tokoh masyarakat desa Lamawolo mengungkap rasa terima kasinya pada pemerintah atas segala perhatian sejak tertanpang di posco pengungsian. “ Bupati bagaikan Bapa Kami dan para pelaksana teknis seolah ibu kami yang terus memberi perhatian selama di sini. Kami sungguh merasakan bahwa kesusahan kami adalah kesusah Bapa ibu juga sehingga kami sungguh diperhatikan sejak ditampung disini.” Demkian kesan Abertus sembari memohon maaf atas segala hal yang tidak menyenangkan.(mm)