Pernyataan bernuansa edukatif tersebut dilontarkan Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur di Desa Normal saat mencanangkan desa tersebut menjadi kampung KB pada Hari kamis, 28 September 2017.
Mengawali sambutannya Bupati lalu bertanya dalam bahasa setempat sejauh mana pemahaman mereka tentang kontrasepsi itu sndiri. “ Apa yang ada tau tentang kontrasepsi ? . Menjadikan kampung ini kampung KB tidak identik dengan kondom, suntik spiral atau lainnya, tetapi merupakan satu kegiatan terpadu.
Keterpaduan itu ada kesehatan ada pendidikan dan ekonomi semuanya ikut digerakan.” Pencanangan kampung KB itu sendiri menurut Bupati Sunur berarti memberikan keluarga kita ditata dan diatur untuk menjadikan keluarga berkualitas dengan memperhatikan jumlah kelahiran, jarak kelahiran, dan usia kelahiran.
Ia mencontohkan jika keluarga kita anak banyak maka anak yang pertama masih diberi perhatian mengkonsumsi makanan bergizi, anak kedua gizinya mulai berkurang dan anak ketiga, ke empat dan selanjutnya sudah tidak ada gizi lagi. Dibidang pendidikan anak pertama masih diberi kesempatan untuk kulia, anak kedua tamat SLTA anak ketiga dan seterusnya setelah SMP mulai merantau dan urus diri seendiri.
Kepala Bidang Keluarga Berencana pada Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana , Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lembata Sius Purek Lolon di yang ditemui di ruang kerjanya menjelaskan Program Pencanangan Kampung KB sudah dilaksanakan sejak tahun 2015.