ISAK TANGIS MENGIRINGI SIMULASI BENCANA DI HADAKEWA

0
493
Menolong Korban : Anggota Tim Siaga Bencana Desa Hadakewa sedang Latihan Menolong Korban Tsunami saat kegiatan simulasi Bencana ( (Foto Dok. Kominfo)

Isak tangis warga tak terbendung saat mendengar raungan sirene terpancar dari mulut toa milik desa, diikuti bunyi pukulan tiang listrik, lonceng gereja, cangkul, pentungan dan bunyi-bunyian lainnya pertanda ada bencana tsunami akan menghempas perkamupungan mereka. Bersamaan dengan itu warga masyarakat berhamburan keluar dari rumah mereka, berlari menuju jalur-jalur evakuasi yang telah dipasang petugas dan terus berlari menuju lokasi tertinggi di desa tersebut.

Disaat berlari menyelamatkan diri ada dari mereka yang hanyut terseret tsunami. Ada yang meninggal, ada yang luka berat dan ada yang luka ringan. Para anggota tim siaga bencana desa yang telah mengikuti teori dan dilatih khusus untuk menangani korban bencana bergerak cepat mengevakuasi para korban menuju tempat pengungsian.

Suasana dramatis tersebut terjadi di Desa Hadakewa kecamatan Lebatukan pada Kamis, 24 Agustus 2017 tepat pukul 08.00 wita saat warga masyarakat desa Hadakewa mengikuti kegiatan simulasi bencana untuk menciptakan desa siaga bencana bagi desa-desa pesisir pantai di Kabupaten Lembata.

Segaimana diliput di lokasi kegiatan para anggota tim siaga bencana (TSB) dalam simulasi penanganan korban bencana terlebih dahulu mengikat tanda berupa kain pada tangan korban yakni warna hitam untuk korban meninggal, warna merah untuk luka berat dan warna kuning untuk luka ringan. Para korban selanjutnya dievakuasi mulai dari anak-anak, korban perempuan dan disusul korban laki-laki.

Dalam simulasi itu para korban langsung mendapat penanganan medis ditempat penampungan. Para korban maupun anggota tim siaga bencana dan masyarakat sukses dalam melakonkan perannya dalam simulasi tersebut membuat suasana menjadi sangat sedih. Hampir sebagian dari mereka menangis menyaksikn jalannya simulasi.

Walija kewa salah satu anggota tim siaga benacana yang ikut dalam kegiatan simulasi tersebut menyatakan ‘kegiatan simulasi ini merupakan kelanjutan dari kegiatan sebelumnya dan sudah beberapa kali kami dilatih untuk melakukan penanganan terhadap korban jika terjadi bencana. Soal perasaan rasanya sedih sekali melihat anak-anak dan saudara-saudara kami bergelimpangan ditanah dan kami berusaha untuk menolong mereka. Ada diantara mereka yang seolah-olah meninggal dan kami harus kumpulkan mereka. Tidak bisa dibayangkan jika suasana begini benar-benar terjadi katanya..

Camat Lebatukan Anselmus Bahy dalam arahannnya pada apel pembukaan kegiatan simulasi menegaskan agar para anggota tim siaga bencana desa maupun warga masyarakat mengikuti secara sungguh-sungguh petunjuk teknis pananganan korban maupun penyelamatan diri yang telah diberikan oleh tim siaga bencana dari Kabupaten Lembata agar bisa dipraktekkan jika benar-benar terjadi bencana.

Setelah selesai kegiatan para ptugas ini akan kembali tapi apa yang mereka ajarkan sangat bermanfaat untuk kita. Terhadap generasi mudah di desa Hadakewa Olabahy menegaskan bencana bukan saja waspada terhadap gempa bumi atau tsunami saja tetapi bencana yang nyata saat ini adalah maraknya pemabukan, sikap membangkang terhadap orang tua, pengangguran, perkelahian ditempat pesta, penjudian dan lain sebagainya yang harus kita atasi saat ini.

Ikut dalam tim tersebut pihak Plan Internasional wilayah Lembata selaku penyalur dana, Yayasan Bina Sejahtera selaku penanggungjawab kegiatan sedangkan unsur Badan Penanggulngan Bencana Daerah, TNI, Tagana, dan Tim Siaga Bencana sebagai pelaksana teknis lapangan. Informasi dari panitia penyelenggara menyebutkan selain desa Hadakewa, ada beberapa desa pesisir di kabupaten Lembata dan beberapa sekolah juga mendapat kegiatan simulasi yang sama.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here